Ilustrasi artificial intelligence (AI). /Pixabay/Geralt



PIKIRAN RAKYAT – Sebuah survei mengenai dampak kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) baru-baru ini dirilis Universitas Stanford. Lebih dari sepertiga peneliti percaya bahwa AI dapat menyebabkan malapetaka besar setara bencana nuklir. Survei ini menggarisbawahi kekhawatiran tentang risiko dari pesatnya perkembangan sektor teknologi.

Hasil survei ini adalah salah satu temuan yang paling disorot dalam Laporan Indeks AI 2023. Laporan tersebut dirilis oleh Sandford Institute for Human-Centered Artificial Intelligence, sebuah lembaga yang berfokus pada eksplorasi perkembangan, risiko, dan peluang terbaru di bidang AI.

Laporan yang rilis awal April ini muncul di tengah ramainya seruan untuk meregulasi teknologi AI. Sebelumnya, sempat ada beberapa kontroversi yang muncul soal AI. Seperti ditemukannya kasus bunuh diri karena chatbot hingga video deepfake Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang tampak menyerah kepada pasukan Rusia.

Menurut laporan tersebut, teknologi AI saat ini dapat melakukan hal yang tidak pernah terbayangkan satu dekade lalu. Kecanggihannya bahkan mampu melampaui berbagai tolok ukur, baik yang lama maupun baru.

“Namun mereka (AI) rentan terhadap halusinasi, bias, dan dapat diakali untuk melayani maksud tidak baik. Ini menegaskan rumitnya tantangan etika yang terkait dengan penggunaannya,” ujar laporan yang dirilis Universitas Sandford tersebut.

Dalam survei, 36 persen peneliti mengatakan keputusan yang dibuat AI dapat menyebabkan bencana tingkat nuklir, sementara 73 persen mengatakan AI mampu mengerahkan perubahan masyarakat yang revolusioner.

Survei digelar antara Mei dan Juni tahun lalu, melibatkan sebanyak 327 ahli dalam bidang pemrosesan bahasa alami (natural language processing), yang mana merupakan cabang ilmu komputer untuk pengembangan chatbot seperti ChatGPT.

Dalam jajak pendapat masyarakat umum yang juga diungkap dalam laporan, sebagian besar orang Amerika khawatir dengan keberadaan AI. Hanya 35 persen yang setuju dengan keuntungan yang didapat dari teknologi tersebut. Angka persetujuan ini cukup kecil bila dibandingkan dengan negara lain, seperti China (78 persen), Arab Saudi (76 persen), dan India (71 persen).

Stanford juga mencatat adanya peningkatan insiden dan kontroversi terkait AI sebesar 26 kali lipat dalam satu dekade terakhir. Hal ini juga yang tampaknya mendorong langkah pemerintah untuk meregulasi AI, seperti halnya China dan Uni Eropa.

Bulan lalu, ada sebuah surat terbuka yang ditandatangani 1.300 orang termasuk Elon Musk dan salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak. Surat tersebut berisi seruan untuk menerapkan 6 bulan jeda pada pelatihan sistem AI di atas level GPT-4.

“Sistem AI yang kuat hanya boleh dikembangkan setelah kami yakin bahwa efeknya akan positif dan risikonya dapat dikelola,” ujar surat tersebut.

Hingga saat ini, kewaspadaan publik AS terhadap AI belum diakomodir dalam peraturan federal. Namun, pemerintahan Biden pekan ini mengumumkan peluncuran konsultasi publik yang akan membahas cara memastikan sebuah sistem AI aman, legal, dan etis untuk digunakan.***

 

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera

Pikiran-rakyat.com / 17 April 2023, 15:15 WIB

Link: https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-016570432/survei-universitas-stanford-ahli-percaya-ai-dapat-sebabkan-malapetaka-setara-bencana-nuklir?page=2

Sumber : Pikiran Rakyat

Tags : Bencana Nuklir

Komentar


Daftar Komentar


- 0 -