Publik mungkin masih ingat betul dengan peristiwa yang terjadi  tahun lalu yang lalu terkait temuan paparan radiasi nuklir di lahan kosong Perumahan Batan Indah, Serpong.  Bisa ditebak, tentunya muncul banyak opini dan komentar misalnya mulai dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pelajar, mahasiswa, pekerja dari berbagai kalangan hingga masyarakat luas lainya khususnya para warganet. Beragam komentar itu sejatinya bisa menjelma dan berpotensi menjadi bola liar informasi yang sering kali memicu informasi bohong (hoax). Semua itu dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab misalnya dengan memotong informasi setengah-setengah lalu disebarkan secara tidak utuh di sebuah grup daring.

Belajar dari peristiwa tersebut, satu hal yang patut menjadi perhatian adalah perspektif negatif masyarakat terhadap dunia nuklir ternyata masih sama, yakni “senjata dan berbahaya.” Tidak ada yang salah dengan perspektif tersebut karena itu bisa terjadi karena masih kurang pahamnya masyarakat tentang hal itu. Disisi lain, informasi terkait dunia nuklir yang lebih mudah dicerna bagi masyarakat awam masih terbatas. Kita tahu, nuklir digunakan bukan hanya sebatas senjata. Namun, ada banyak manfaat lain misalnya untuk bidang industri, kesehatan dan pertanian. Bagaimana agar masyarakat paham terkait manfaat nuklir tersebut? Sehingga masyarakat tidak lagi merasa takut ketika mendengar kata nuklir melainkan ada rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi.

 

Sumber Otoritatif

Merubah citra negatif nuklir di mata masyarkat tentu bukanlah perkara mudah. Akan tetapi, di era digital sekarang ini juga bukan menjadi hal yang sulit untuk menyebarkannya. Berita-berita palsu terkait dunia nuklir bisa ditepis dengan membuat dan menyebarkan informasi atau pengetahuan yang bersifat otoritatif. Komunikasi publik bidang nuklir yang mudah dipahami kepada masyarakat harus dikemas semenarik dan sesederhana mungkin. Pertanyaanya siapakah yang mempunyai sumber otoritatif dibidang nuklir tersebut? Dalam hal ini adalah institusi pemerintah dibidang nuklir seperti Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Di tingkat dunia ada International Atomic Energy Agency (IAEA). Khusus di Indonesia, ada banyak sumber otoritatif yang telah dipublikasikan oleh dua lembaga tersebut mulai dari website yang berisi informasi tentang ketenaganukliran yang mudah diakses, terbitan ilmiah dan juga publikasi berupa buku-buku nuklir yang bisa dibaca untuk masyarakat secara gratis.

Sementara itu, salah satu yang dilakukan oleh BAPETEN melalui Unit Kerja Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir (P2STPIBN) adalah dengan menerbitkan buku elektronik (ebook) yang berjudul Buku Saku Reaktor: Pemanfaatan dan Pengawasan yang ditulis oleh  Liliana Yetta Pandi, Yudi Pramono dan Bintoro Aji.  Penulis adalah seorang peneliti dan pengawas radiasi yang kompeten dibidang nuklir.

Buku elektronik ini dibuat khusus untuk masyarakat sebagai informasi mengenai dunia reaktor nuklir terutama dalam hal pemanfaatan dan pengawasannya. Mungkin ada banyak orang yang belum tahu, apa saja jenis reaktor nuklir dan jenisnya? Apa manfaat nuklir? Lalu apa perbedaan tugas BAPETEN dan BATAN dalam dunia ketenaganukliran? Apakah Indonesia mempunyai rekator nuklir? Amankah nuklir itu? Siapa yang mengawasi reaktor nuklir? Dan lain sebagainya. Beberapa contoh pertanyaan-pertanyaan itu paling tidak bisa digali melalui buku elektronik tersebut. Harapanya masyarakat bisa lebih memahami sehingga ada banyak perspektif lain yang lebih positif tentang nuklir.

 

Pengawasan Reaktor Nuklir

Buku yang terbit pada 2020 ini terbagi dalam empat pokok bahasan utama, yakni pertama, definisi reaktor nuklir, jenis dan manfaatnya. Kedua, keselamatan, safeguards, dan kemanan nuklir. Ketiga, badan pengawas dan apa saja peranannya. Terakhir, pengawasan reaktor nuklir. Empat pokok bahasan itu dikembangkan lagi yang terdiri dari sub-sub tema berupa pertanyaan-pertanyaan berdasarkan yang terjadi dilapangan khususnya untuk menjawab rasa keingintahuan masyarakat awam tentang reaktor nuklir.  

Bagian pertama sebagai pembuka layaknya sebuah pintu yang ketika membukanya, maka akan terlihat sudut-sudut penting yang bisa memperkaya pikiran pembaca. Dari sinilah perspektif masyarakat bisa terbuka khususnya pada manfaat reaktor nuklir untuk kemaslahatan umat. Sebut saja misalnya di Indonesia yang digunakan untuk produksi radioisotop khususnya dalam kedokteran nuklir. Menyoal reaktor nuklir, di Indonesia sendiri memiliki tiga reaktor non daya yaitu reaktor untuk penelitian yang berlokasi di Bandung, Yogyakarta dan Serpong.

Selanjutya dibagian kedua, ada tiga hal penting yaitu terkait keselamatan, safeguards dan keamanan nuklir. Keselamatan pada intinya sebagai upaya atau tindakan dalam pengoperasian reaktor itu harus tepat dan sesuai dengan desain. Tujuanya adalah untuk melindungi para pekerja dan masyarakat dari bahaya radiasi. Sementara safeguards  berkaitan dengan badan atom dunia yaitu International Atomic Energy Agency (IAEA), dimana ada kesepakatan yang harus dipatuhi oleh negara anggota bahwa setiap kegiatan nuklir harus untuk tujuan damai dan pemanfaatan bahan nuklir tersebut tidak digunakan untuk senjata. Indonesia sendiri telah menjadi anggota IAEA sejak tahun 1957. Keamanan nuklir sendiri adalah sebagai tindakan pencegahan atau deteksi dini dari kejahatan dalam penyalahgunaan bahan nuklir dan zat radioaktif yang berhubungan dengan pemanfaatan reaktor nuklir. Lantas, siapa yang bisa menjamin bahwa nuklir itu bisa selamat dan aman?  Disinilah peran BAPETEN yang dibahas dalam bagian ketiga di buku saku ini.

Kelebihan dari buku yang terdiri dari 44 halaman ini adalah begitu ringkas, padat dan berisi yang membuat pembaca tidak harus berjam-jam untuk memahaminya. Menariknya buku elektronik tersebut disusun layaknya buku referensi dengan format tanya jawab (question and answer). Pembaca bisa membacanya secara acak sehingga langsung ke pokok permasalahan yang ingin diketahui. Bahasa yang digunakan tidaklah rumit. Penulis mencoba mendeskripsikan istilah-istilah teknis secara sederhana dengan harapan bagi masyarakat awam ketika membacanya mudah untuk memahaminya. Terlebih dalam buku ini juga dilengkapi dengan gambar-gambar sebagai ilustrasi. Satu hal lagi, pembaca tentunya bisa dengan mudah untuk mendapatkan buku ini karena gratis dan tersedia dalam format Portable Document Format (PDF) sehingga bisa dibaca hanya melalui ponsel pintar kapanpun dan dimanapun.  Dunia reaktor nuklir itu memang luas dan melalui buku elektronik ini tentunya tidak sepenuhnya bisa menjawab semuanya. Akan tetapi, dari pertanyaan-pertanyaan yang sering terlontar seputar reaktor nuklir dari masyarakat awam, paling tidak bisa mengobati rasa penasaran dan keingintahuan para pembaca tentang reaktor nuklir.

Di bagian paling akhir dalam buku ini juga tidak kalah menarik, yakni terkait pengawasan reaktor nuklir. Bebicara tentang pengawasan reaktor nuklir, maka tuntutan keamanan akan menjadi salah satu prioritas. BAPETEN sebagai lembaga pengawas dalam pemanfaatan nuklir melakukan kegiatan pengawasan melalui peraturan, perizinan dan inspeksi. Selain itu juga dalam hal kesiapsiagaan nuklir dan jaminan kerugian nuklir. Pemanfaatan bahan nuklir itu perlu izin dan BAPETEN adalah sebagai lembaga pengawas yang akan mengeluarkan izin tersebut dengan syarat-syarat tertentu sesuai dengan peraturan yang berlaku. Akhirnya, buku ini bisa dibaca oleh semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali sebagai informasi yang berasal dari sumber otoritatif. Anda bisa membaca dan mengunduh buku ini di katalog daring Perpustakaan BAPETEN. Silahkan akses elib.bapeten.go.id. Selamat membaca.​​​​​​

Deskripsi Buku

  • Judul: Buku Saku Reaktor: Pemanfaatan dan Pengawasan
  • Penulis: Liliana Yetta Pandi, Yudi Pramono dan Bintoro Aji
  • Penerbit: BAPETEN
  • Cetakan: 1, April 2019
  • Tebal: IX, 44 halaman
  • ISBN: 978-602-51760-5-0

Tags : Resensi BukuBuku

Komentar


Daftar Komentar


- 0 -