Gambar yang diambil pada 13 Maret 2024 dan dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 14 Maret 2024 ini menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) dalam posisi pengemudi tank tempur utama baru.(AFP PHOTO/KCNA VIA KNS)



Kompas.com - 25/04/2024, 09:52 WIB   Paramita Amaranggana, Egidius Patnistik Tim Redaksi

MEDIA Korea Utara (Korut) melaporkan pada Rabu (24/04/2024) bahwa pemerintah negara itu baru saja mengirimkan delegasi tingkat tinggi ke Iran. Yun Jung Ho, menteri hubungan ekonomi eksternal Korea Utara yang mewakili Pyongyang dalam pertemuan itu.

Dia dilaporkan terbang pada hari Selasa untuk menghadiri perundingan dengan Iran.

Tidak ada detail lebih lanjut yang diberikan terkait maksud perjalanan serta perundingan tersebut.  Sebelumnya di tahun 2019, Korea Utara juga telah mengirimkan kelompok yang dipimpin Pak Chol Min, wakil ketua parlemen Pyongyang, untuk melakukan kunjungan selama seminggu ke Iran.  

Beberapa pihak berspekulasi bahwa kedatangan perwakilan Korea Utara ke Iran kali ini merupakan salah satu bentuk upaya Presiden Korea Utara, Kim Jong Un, untuk keluar dari isolasi diplomatik dan bergabung dalam barisan persatuan melawan Amerika Serikat (AS).

Tahun 2023, Kim pernah mengunjungi Rusia untuk menghadiri pertemuan langka dengan Putin. Pertemuan itu diduga merupakan upaya keduanya untuk memperluas kerja sama militer antar dua negara. Pertemuan itu diduga juga mencakup bahasan terkait transfer peluru artileri, rudal, dan amunisi lainnya dari Korea Utara ke Rusia.  

Pada awal April ini, Kim menjamu pejabat tinggi China, Zhao Leji. Pertemuan tersebut merupakan pertemuan tingkat tertinggi yang pernah kedua negara tersebut lakukan dalam beberapa tahun terakhir.  

Kini, Kim beralih untuk mengupayakan kembali pendekatannya dengan Iran. Dalam beberapa tahun belakangan, kedua negara tersebut memang telah menjadi perhatian dunia internasional akibat beredarnya rumor tentang adanya kerja sama program rudal balistik.  

Kedua negara itu juga sering disoroti karena persamaan keduanya dalam beberapa hal. Korea Utara dan Iran termasuk segelintir negara yang mendukung aksi Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Ukraina. Kedua negara juga sama-sama dituduh memasok persenjataan ke Rusia.  

Selain itu, Korea Utara dan Iran sama-sama merupakan negara yang tergabung dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir yang kemudian melanggar janjinya untuk tidak menggunakan senjata nuklir. Dalam beberapa dekade terakhir, Korea Utara dan Iran telah banyak berinvestasi pada program nuklir.  

Ambisi mereka tentu jadi ancaman bagi kestabilan global, sehingga seringkali kedua negara tersebut menjadi target sanksi komunitas internasional.

Seorang perempuan berjalan melintasi spanduk bergambar rudal Iran di Teheran, Selasa (16/4/2024).(EPA via BBC INDONESIA)

Seperti Apa Hubungan Korut dan Iran? Hubungan Korea Utara dan Iran berakar dari revolusi Iran tahun 1979. Saat itu, Iran baru saja beralih pemimpin dari Shah yang cenderung pro-AS ke Khomeini yang lebih religius.

Hal ini mengakibatkan Iran harus menghadapi isolasi dari komunitas internasional karena hubungannya yang menegang dengan blok Barat dan blok Soviet.  

Saat Khomeini berkuasa, Korea Utara dan Iran sebenarnya sudah menjalin hubungan diplomatik.

Namun, hubungannya tidak terlalu intens karena pada satu sisi Iran takut, berhubungan terlalu dekat dengan Korea Utara akan meminimalisir kemungkinannya untuk menjalin kerja sama dengan Korea Selatan.

Di sisi lain, Korea Utara juga berhati-hati karena saat itu masih ingin mempertahankan Irak sebagai mitra dagang, bahkan ketika perang pecah antara Irak dan Iran tahun 1980.  

Tahun 1982, hubungan Korea Utara dengan Irak hancur setelah Saddam Hussein menghina Korea Utara dengan mengirim perwakilan tidak resmi ke pertemuan rahasia di Pyongyang. Sebagai balasan, Korea Utara beralih ke Iran dan memasok Iran dengan rudal dan artileri untuk melawan militer Irak dalam perang yang masih berlangsung.

Tahun 1991, Uni Soviet runtuh dan sebagai dampaknya, Korea Utara tidak lagi memiliki akses terhadap minyak bersubsidi. Hal ini mendorong Korea Utara untuk lebih dekat lagi dengan Iran, satu dari sedikit negara kaya minyak yang memiliki hubungan diplomatik dengan Korea Utara.  

Di tahun 1987, Iran membalas bantuan Korea Utara dalam teknologi rudal dan program nuklir dengan restrukturisasi utang Korea Utara dan memperkuat hubungan energinya dengan Korea Utara.

Di tahun 1990-an, Korea Utara dan Iran kembali memperkuat kerja samanya melalui pertukaran teknologi militer.  

Seorang profesor di Universitas Bar-Ilan, Tel Aviv, berpendapat bahwa Iran mungkin telah berbagi data uji coba dengan Korea Utara pasca peluncuran rudal Shabab-3 di tahun 1998. Ia juga berpendapat bantuan metalurgi Rusia untuk program rudal Iran sudah secara tidak langsung ikut menguntungkan ambisi nuklir Korea Utara.

Kerja sama Korea Utara dengan Iran semakin intensif setelah Korea Utara berhasil meluncurkan uji coba bom nuklir di tahun 2006. Lima tahun setelahnya, ratusan ilmuwan Korea Utara ikut bekerja di fasilitas nuklir Iran untuk membantu pengembangan teknologi komputer, menurut laporan pers Korea Selatan.  

Pada uji coba nuklir Korea Utara di tahun 2013, ilmuwan Iran juga diduga hadir menyaksikan. Beberapa bulan menjelang perjanjian nuklir di bulan Juli 2015, Korea Utara diketahui mengirim tiga delegasi untuk membantu Iran dalam mengembangkan hulu ledak nuklir dan sistem rudal balistik.  

Selain kerja sama teknologi, Korea Utara juga dilaporkan telah memberi dukungan terhadap sekutu regional Iran, Hezbollah serta Bashar Al-Assad di Suriah.

Sumber: https://internasional.kompas.com/read/2024/04/25/095246870/sejarah-panjang-hubungan-korea-utara-dan-iran?page=2

Sumber : Kompas

Tags : Perundingan Nuklir

Artikel Terkait


Komentar


Daftar Komentar


- 0 -