Ilustrasi nuklir PLTN di Ukraina yang diduduki Rusia. /Pixabay/Markus Distelrath



Pikiran-rakyat.com / Saumi Rahmantika - 29 Agustus 2022, 18:52 WIB

Sumber: Pikiran Rakyat

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: Al Jazeera


PIKIRAN RAKYAT – Sebuah tim penyelidik dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang merupakan pengawas nuklir dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, akan segera mendapatkan akses ke pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang diduduki Rusia di Ukraina.

Pada Senin, 29 Agustus 2022 Pimpinan IAEA Rafael Grossi mencuit di akun Twitter resmi miliknya, @rafaelmgrossi, bahwa misi ke PLTN Zaporizhzhia itu sedang dilakukan.

Informasi tersebut menyertakan foto berisi 13 anggota staf IAEA yang diambil di Terminal VIP Bandara Internasional Wina, Austria.

“Kita harus melindungi keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir terbesar di Ukraina dan Eropa,” kata Grossi seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

“Saya bangga memimpin misi ini yang akan berada di #ZNPP akhir pekan ini,” ujar Grossi.

Perjalanan itu diatur untuk mengakhiri negosiasi berbulan-bulan seputar akses ke PLTN Zaporizhzhia yang diambil alih Rusia tak lama setelah menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.

Pertempuran di sekitar PLTN Zaporizhzhia yang terletak di kota Enerhoder di tenggara Ukraina itu telah menimbulkan kekhawatiran akan bencana nuklir.

Kekhawatiran tersebut secara khusus berfokus pada kerusakan infrastruktur PLTN Zaporizhzhia yang berisi enam reaktor berpendingin air yang dirancang Soviet yang mengandung uranium 235.

Diketahui gangguan pada sumber listrik pembangkit dapat menyebabkan panas berlebih dan kemungkinan menyebabkan ledakan.

Kekhawatiran akan pelepasan radiasi nuklir dari PLTN Zaporizhzhia mendorong pihak berwenang untuk memberikan tablet yodium kepada penduduk terdekat.

Baik Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas serangan di dekat PLTN Zaporizhzhia tersebut.

Ukraina menuduh Rusia menggunakan area di sekitar PLTN Zaporizhzhia sebagai perisai untuk menyimpan senjata dan melancarkan serangan.

PBB dan Kyiv telah menyerukan penarikan peralatan militer dan personel dari PLTN Zaporizhzhia untuk memastikan pembangkit nuklir itu bukan target dalam konflik.

Sebaliknya, Moskow menuduh Ukraina telah secara sembrono menembaki PLTN Zaporizhzhia.

Serangan dilaporkan terjadi selama akhir pekan di wilayah yang dikuasai Rusia berdekatan dengan PLTN Zaporizhzhia di sepanjang tepi kiri Sungai Dnieper.

Selain itu, dilaporkan juga terjadi serangan di sepanjang tepi kanan yang dikuasai Ukraina, termasuk kota Nikopol dan Marhanets, masing-masing sekitar 10 km dari PLTN Zaporizhzhia.

Pada hari Minggu, 28 Agustus 2022, Badan Energi Atom Ukraina mengeluarkan peta yang meramalkan lokasi penyebaran radiasi dari PLTN Zaporizhzhia.

Pada saat itu, IAEA melaporkan bahwa tingkat radiasi saat ini masih normal di sekitar pembangkit.

Dua dari enam reaktor PLTN Zaporizhzhia masih beroperasi dan meskipun belum ada penilaian lengkap yang dibuat, pertempuran baru-baru ini telah merusak pipa air tersebut.

Dalam sebuah cuitan pada hari Senin, IAEA mengatakan petugas inspeksinya akan menilai kerusakan fisik, melakukan kegiatan perlindungan yang mendesak, dan mengevaluasi kondisi staf Ukraina yang terus bertugas di PLTN Zaporizhzhia.

Namun, sampai saat ini, IAEA belum merilis rincian lebih lanjut tentang misi ke PLTN Zaporizhzhia tersebut.

“Misi ini akan menjadi yang paling sulit dalam sejarah IAEA, mengingat aktivitas tempur aktif yang dilakukan oleh Rusia dan juga cara yang sangat terang-terangan bahwa Rusia mencoba untuk melegitimasi kehadirannya,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba saat berkunjung ke Stockholm.

Kantor berita RIA Novosti melaporkan bahwa Mikhail Ulyanov, Perwakilan Tetap Rusia untuk Organisasi Internasional di Wina, mengatakan Moskow menyambut baik misi tersebut dan Rusia telah memberikan kontribusi yang signifikan untuk kunjungan tersebut.

“Kami berharap kunjungan misi IAEA itu akan menghilangkan banyak spekulasi mengenai keadaan yang tidak menguntungkan di PLTN Zaporizhzhia,” kata Ulyanov.***

Sumber : Pikiran Rakyat

Tags : Senjata NuklirPerundingan NuklirPerang NuklirKeamanan Nuklir

Artikel Terkait


Komentar


Daftar Komentar


- 0 -