Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. (Dok. Tempo)



Kamis, 23 Mei 2024 20:39 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan kerja sama bilateral Indonesia dan Korea Selatan telah memasuki dekade kelima. Total nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai US$ 20,8 miliar pada 2023.  

Menurut Airlangga, kerja sama bilateral bisa lebih diperkuat di bidang industri, perdagangan, dan transisi energi yang meliputi banyak spesifikasi.

“Kami percaya, kerja sama Indonesia-Korea Selatan ke depan akan semakin meningkat dan berkembang. Saya berharap Menteri Ahn Duk Geun bisa membantu untuk lebih lagi memperkuat dan memperdalam kerja sama industri, perdagangan, dan juga di bidang transisi energi antara Indonesia dan Korea,” tutur Airlangga dalam pertemuan bilateral dengan Minister of Trade, Industry and Energy (MOTIE) Korea Selatan, Ahn Duk Geun, di Seoul pada Rabu, 22 Mei 2024, dikutip melalui keterangan resmi.  

Pada Juli 2023, telah berlangsung Pertemuan Joint Committee on Economic Cooperation (JCEC) kedua di Seoul. Hasil pertemuan tersebut antara lain kerja sama pengembangan investasi turunan nikel untuk baterai electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik, akses pasar produk buah Indonesia ke Korea Selatan, dan perluasan pabrik petrokimia Lotte. Kemudian, pembangunan klaster baja Krakatau Steel-Posco, perluasan akses pasar usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Indonesia melalui e-platform Korea Selatan, hingga kerja sama terkait transisi energi dan mitigasi perubahan iklim global.  

"Meliputi kerja sama teknologi Carbon Capture and Storage (CCS), produksi energi hidrogen atau amonia, dan pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)," kata Airlangga.

Airlangga menyebutkan beberapa kerja sama yang sudah berjalan, seperti perluasan pabrik petrokimia Lotte dan pembangunan klaster baja Krakatau Steel-Posco. Di sisi lain, terdapat beberapa kesepakatan kerja sama yang masih perlu didorong untuk segera diimplementasikan. Kedua Menteri juga membicarakan kerja sama pembangunan ekosistem kendaraan listrik melalui investasi Hyundai dan LG Energy Solution di Indonesia.  

“Saya berharap, ekosistem kendaraan listrik bisa lebih dalam. Mohon bantuan untuk berbicara dengan Amerika agar Undang-Undang Inflation Reduction Act (IRA)-nya bisa membuka pasar bagi produk dari kerja sama antara LG dan Hyundai untuk masuk ke pasar Amerika,” ujar Airlangga kepada Menteri Ahn Duk Geun.  

Pada momen yang sama, Korea Selatan juga menyampaikan peluang kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN melalui Korea Atomic Energy Research Institute yang telah mengembangkan teknologi Small Modular Reactor (SMR). Pengembangannya didesain aman dan menghasilkan jejak karbon lebih rendah dibandingkan reaktor konvensional. Reaktor modular nuklir skala kecil itu disebut menjadi solusi alternatif untuk memasok energi listrik, terutama di daerah-daerah terpencil atau terisolasi.  

“Pada pertemuan JCEC ke-3 tahun ini merupakan giliran Indonesia menjadi tuan rumah. Jadi, pada kesempatan ini kami mengundang Menteri Ahn Duk Geun untuk melakukan pertemuan JCEC pada bulan Juli di Jakarta,” kata Airlangga.

Sumber : https://bisnis.tempo.co/read/1871464/indonesia-korea-selatan-bahas-kerja-sama-genjot-kendaraan-listrik-hingga-teknologi-nuklir?page_num=2

Tags : Teknologi Nuklir

Artikel Terkait


Komentar


Daftar Komentar


- 0 -