Foto: Sputnik/Ekaterina Shtukina/Pool via REUTERS



NEWS - Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
19 February 2024 20:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin yang juga Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, menyatakan Moskow akan menggunakan senjata nuklir jika Ukraina dan sekutunya berhasil mendorong Rusia keluar dari negara tersebut.
Ini terjadi saat hubungan Barat masih memanas dengan Moskow akibat perang di Ukraina.

"Mari kita bayangkan sejenak bahwa Rusia kalah dan 'Ukraina dengan sekutunya' menang. Apa yang akan menjadi kemenangan sebesar itu bagi musuh kita, neo-Nazi dengan sponsor Baratnya?" tulis Medvedev, menurut terjemahan yang diunggah di X, oleh Anton Gerashchenko, mantan penasihat Departemen Dalam Negeri Ukraina.

Ia selanjutnya berbicara tentang runtuhnya Rusia, di mana ia menggambarkan kembalinya ke perbatasan tahun 1991 saat Rusia masih bagian dari Uni Soviet. Medvedev mengatakan bahwa kemenangan Barat berarti kehancuran total Rusia.

"Keruntuhan Rusia akan memiliki konsekuensi yang jauh lebih mengerikan daripada akibat perang biasa, bahkan perang yang paling berlarut-larut. Karena upaya untuk mengembalikan Rusia ke perbatasan tahun 1991 hanya akan mengarah pada negara-negara Barat menggunakan semua persenjataan strategis negara kita," tambahnya.

Mantan Presiden Rusia itu kemudian melontarkan ancaman nuklir terhadap kota-kota besar di AS dan Eropa. Menurutnya, ini penting dalam mempertahankan tanah airnya.

"Akankah kita mempunyai keberanian untuk melakukan hal ini jika hilangnya negara berusia seribu tahun, tanah air besar kita, dipertaruhkan, dan pengorbanan yang dilakukan oleh rakyat Rusia selama berabad-abad akan dipertaruhkan? sia-sia? Jawabannya jelas."

Rusia memulai serangan ke Ukraina hampir dua tahun lalu pada 24 Februari 2022. Sejak itu, Putin sendiri dan pejabat tinggi Rusia lainnya mengancam akan menggunakan senjata nuklir saat Rusia melanjutkan kampanyenya, baik di Ukraina maupun melawan negara-negara Barat, anggota NATO.

Meski mendapatkan tekanan Barat, Rusia baru-baru ini berhasil menguasai sebuah kota di lini depan medan perang keduanya, Avdiivka. Panglima militer Ukraina mengatakan pada hari Sabtu (17/2/2024) bahwa pasukannya mundur dari kota itu setelah pertempuran sengit selama berbulan-bulan.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut penangkapan Avdiivka sebagai "kemenangan penting". Pasalnya, perebutan ini terjadi di tengah kekurangan amunisi yang akut di Ukraina, sementara bantuan militer Amerika Serikat (AS) kepada Kyiv tertunda selama berbulan-bulan di Kongres.

Ini juga merupakan tanda paling jelas tentang bagaimana gelombang perang telah menguntungkan Moskow setelah serangan balasan Ukraina gagal menembus garis pertahanan Rusia tahun lalu.

"Kepala negara mengucapkan selamat kepada tentara Rusia atas keberhasilan ini, sebuah kemenangan penting," kata Kremlin dalam sebuah pernyataan di situsnya dikutip Reuters.

Merebut kota tersebut kemungkinan akan memberikan dorongan moral bagi Rusia menjelang pencalonan Putin untuk terpilih kembali pada bulan depan. Sejauh ini, beberapa pengamat mengatakan Putin hampir pasti akan dimenangkannya.

Hal ini juga dipandang sebagai langkah lain untuk mengamankan kekuasaan Moskow di pusat regional Donetsk, sekitar 20 km ke arah Timur, yang dikuasai oleh pasukan Rusia dan pro-Rusia sejak tahun 2014.

(luc/luc)

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20240219185454-4-515792/eks-presiden-rusia-ancam-nuklir-jantung-as-jika-putin-kalah-di-ukraina

Sumber : CNBC Indonesia

Tags : Perang Nuklir

Artikel Terkait


Komentar


Daftar Komentar


- 0 -