Seorang gadis Iran merayakan 44 tahun Revolusi Islam 1979 di alun-alun Azadi (Kebebasan) di Teheran, 11 Februari 2023.



Red: Ferry kisihandi

Republika: Ahad 27 Aug 2023 06:43 WIB

 

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Hingga saat ini hubungan Iran dan Amerikan Serikat (AS) mengalami ketegangan. Di Selat Hormuz, perairan yang dilalui kapal-kapal pembawa minyak mentah, keduanya saling berebut pengaruh dan menunjukkan kekuatan militer. 

Program nuklir Iran juga tetap menjadi sorotan AS dan negara sekutunya, termasuk Israel. AS menjatuhkan sanksi ekonomi dan Iran bersikeras dengan program nuklirnya yang dianggap sebagai hak setiap negara mengembangkan nuklir sipil. 

Hubungan Iran dan AS sedikit melunak terkait pertukaran tahanan dan pembekuan dana Iran beberapa waktu terakhir. Iran membebaskan warga AS dan sebaliknya. Namun, ini pun negosiasi yang dilakukan tidak langsung melainkan dimediasi negara ketika, yaitu Qatar.

Peristiwa apa yang mengawali semua hubungan buruk kedua negara ini. Ada peristiwa 70 tahun lalu yang masih dikenang Iran, yaitu kudeta pada Agustus 1953. Saat itu, badan intelijen AS, CIA berada di balik kudeta yang menjatuhkan Perdana Menteri Mohammad Mossadegh.

Kudeta ini oleh pemerintahan teokrasi Iran dianggap simbol imperalisme Barat, tampaknya saat itu didukung kelompok ulama Syiah. Namun saat ini, televisi milik Pemerintah Iran berulang kali menggambarkan kudeta ini menunjukkan AS tak bisa dipercaya. 

Di sisi lain, pihak berwenang melarang publik mengunjungi makam Mossadegh di sebuah desa pinggiran Iran. Seruan ‘’Matilah Amerika’’ masih umum terdengar di setiap shalat Jumat, ada pula di jalanan yang menyambut hubungan yang lebih baik antara kedua negara. 

Bagi pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ali Khamenei, kudeta 1953 menggambarkan terus berlangsungnya ancaman dari AS. Ia menyampaikan kepada Garda Revolusi, Kamis (24/8/2023) AS ingin menjatuhkan pemerintahan Iran saat ini seperti kudeta 1953.

‘’Mungkin AS melakukan kudeta karena takut munculnya kekuatan Uni Soviet tetapi itu seperti berharap gempa bumi menyapu tetangga buruk Anda. Bagi warga Iran, kebencian itu tak pernah hilang,’’ kata Rana (24) seorang pelukis, kepada Associated Press, Jumat (25/8/2023) yang hanya bersedia menyebut nama depannya saja. 

Kudeta Agustus 1953 dipicu ketakutan AS atas meningkatnya pengaruh komunis Uni Soviet di Iran. Sebagian langkah permulaan diawali oleh Inggris yang menginginkan kembali akses ke minyak Iran. Sebelumnya, Mossadegh menasionalisasi perusahaan minyak Iran. 

Meski awalnya terlihat akan gagal, kudeta akhirnya berhasil menggulingkan Mossadegh dan mengukuhkan kekuasaan Shah Mohammad Reza Pahlavi. Momen ini juga yang akhirnya melahirkan revolusi Islam Iran pada 1979. 

Shah melarikan diri dari Iran dan pemerintahan teokrasi mewujud di bawah pemimpin spiritual Ayatollah Ruhollah Khomeini. Di masa sekarang, pandangan warga Iran atas kudeta ini berubah dan berbeda-beda satu sama lain. Terutama dengan pertimbangan kondisi ekonomi. 

Sanksi terhadap Iran, setelah bubarnya perjanjian nuklir pada 2015 di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, membuat AS terus menjatuhkan sanksi ekonomi ke Iran. Ini membuat kehidupan ekonomi di negeri tersebut terus tertekan. 

‘’Meredanya ketegangan dengan AS akan membawa lebih banyak,’’ kata Hossein (47) yang menjalankan usaha kantin bagi para pengemudi taksi di selatan Teheran. ‘’Sekarang sopir taksi belanja lebih sedikit dibandingkan sebelumnya karena hubungan buruk itu, ada sanksi.’’ 

Majid Shamsi, kurir parsel di Teheran tahu hubungan pahit ini mestinya segera berakhir. ‘’Anak-anak muda Iran menginginkan kehidupan lebih baik dan ini tak terwujud karena hubungan yang buruk dengan AS,’’ katanya menegaskan. 

Bahkan meski aksi massa oleh guru, petani, dan lainnya di Iran meningkat mengenai kondisi ekonomi tetapi di tengah aksi seruan seperti ‘’Musuh kita di sini’’ dan ‘’Mereka berbohong kepada kita (musuh itu) adalah AS’’ tetap bergema.  

‘’Iran kini mestinya menerima kesepakatan dengan AS seperti membebaskan tahanan dengan kewarganegaraan ganda. Saya membutuhkannya demi masa depan saya dan semuanya,’’ kata Reza Seifi (26), seorang guru. 

Namun, seperti yang terjadi dalam pertukaran pembebasan tahanan dengan AS, ada sejumlah batasan bagaimana Pemerintah Iran akan mengingat kudeta yang dilakukan AS terhadap pemerintahan Mossadegh 70 tahun lalu. 

 

Sumber: https://internasional.republika.co.id/berita/s00v91472/awal-mula-iran-tak-percaya-dan-membenci-amerika-part1

Sumber : Republika

Tags : Senjata Nuklir

Artikel Terkait


Komentar


Daftar Komentar


- 0 -