Foto: Pasukan Rusia telah memulai latihan tahap pertama yang melibatkan pelatihan praktis dalam persiapan dan penggunaan senjata nuklir non-strategis atau taktis. (Russian Defense Ministry Press Service via AP)



TECH - Redaksi, CNBC Indonesia
12 June 2024 19:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekjen PBB António Guterres mengingatkan bahwa risiko perang nuklir pecah makin tinggi. Salah satu pemicunya adalah pemanfaatan kecerdasan buatan (AI). 
Dalam pidato pembukaan pertemuan tahunan Asosiasi Pengendalian Senjata (ACA), Guterres menyampaikan kecemasannya soal bahaya AI.

Menurutnya, nasib manusia saat ini seperti ini seperti hidup di ujung moncong senjata nuklir. Risiko penggunaan senjata nuklir saat ini sudah setara dengan risiko di era perang dingin.

Penggunaan teknologi AI dalam persenjataan, lanjutnya, membuat ancaman meningkat berlipat ganda.

"Kemanusiaan ada di ujung pisau," kata Gutteres. "Negara-negara kini dalam perlombaan senjata kualitatif. Teknologi seperti AI membuat bahaya berlipat-lipat.

Di sisi lain, kerja sama untuk mencegah penggunaan, pengujian, dan penyebaran senjata nuklir makin lemah.

"Semua negara harus mengambil langkah, tetapi negara pemilik senjata nuklir harus menjadi pemimpin," katanya. "Saya mendorong Amerika Serikat dan Rusia untuk kembali berunding, untuk mengimplentasikan kesepakatan New START dan menyusun perjanjian penerusnya."

Menurut The Guardian, pernyataan Gutteres menunjukkan perubahan sikap PBB soal bahaya AI. Gutteres seakan ingin menyerukan agar AI tidak digunakan dalam sistem persenjataan nuklir. 

Ide soal penggunaan AI untuk mengendalikan senjata nuklir sempat muncul di Amerika Serikat. Namun, beberapa anggota kongres AS bereaksi cepat dan mengusulkan perumusan UU yang melarang sistem peluncuran nuklir otomatis tanpa keterlibatan manusia.

(dem/dem)

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/tech/20240612150136-37-546043/takut-ai-kuasai-senjata-nuklir-sekjen-pbb-memohon-ke-as-dan-rusia

Tags : Senjata Nuklir

Artikel Terkait


Komentar


Daftar Komentar


- 0 -